Selasa, 31 Mei 2011

IT'S COMPLICATED ! (chapter VI)

Tiara terperangah. Ia seolah, bahkan benar-benar tak percaya apa yang ia ketahui sekarang.
Otaknya kembali memutar memori, dimana ia pertama kali bersua dengan Gabriel, atau tepatnya Prince.
Ia benar-benar tak menyangka.

"kak, kau itu anak ayah! Sama seperti aku. Jadi tak mungkin ayah merasa terbebani karena kau!" tukas wanita itu, yang diketahui bernama Paris.

"okay, aku akan pulang! Tapi, please, give me some times. I couldnt make a decision, right now." tutur Gabriel sembari menunggangi motornya, dan meninggalkan Paris yang berdiri diam menangis ditemani limosin-nya yang juga diam membisu.

Tiara memberanikan diri untuk menghampiri Paris. Tak peduli, apakah itu anak sang superstar.

"excuse me...." tutur Tiara sedikit basa-basi.

Paris buru-buru menyeka air matanya.
"siapa kau??" tanya Paris sedikit ketus.

"mmh....aku Tiara," ujar Tiara sembari tersenyum.

"mau apa kau? Apa yang ingin kau lakukan padaku?" Paris sedikit sensitif terhadap orang asing.

Tiara menarik nafas, lalu ia menghembuskannya pelan-pelan.
"tidak, aku tak menginginkan apapun darimu. Percayalah. Aku hanya ingin minta kejelasan saja..." Tiara mencoba membujuk Paris.

Paris hanya menyunggingkan senyuman sinisnya.
"kau sudah tahu, siapa diriku. Tak mustahil kau ingin menjebakku. Sudah, cukup untuk menjatuhkan ayahku!" bentak Paris.

Tiara memang merasa tersinggung atas ucapan Paris. Yaa, tapi ia memakluminya. Karena, Tia tahu, anak-anak Michael Jackson sudah dididik dari lingkungan tertutup. Sabar.....

"Okay, jika kau memang tak mempercayaiku, baiklah. Kau bisa memenjarakanku jika aku mencoba berbuat macam-macam. Tapi, pleaseee.....aku hanya butuh kejelasan darimu." kata Tiara berusaha menjaga perkataannya.

Paris tertegun. Ia mungkin merasa menyesal akan kata-katanya tadi. Ia merasa sudah menuduh Tiara.
Giliran Paris yang menghela nafasnya.

"ke...kejelasan apa? ?" tanya Paris, yang akhirnya luluh kepada Tiara.
****

"yaah, Prince. Ia memang kakakku. Ia memutuskan untuk tinggal sendiri, karena ia kasihan dengan keadaan ayah." kenang Paris, sambil melahap potongan steak yang sudah disediakannya.

"lalu, kenapa ia bilang padaku, dia hanyalah sekedar fan biasa dari ayahmu? Dan ia pun mengubah namanya menjadi Gabriel...." kata Tiara.

"hah?! Gabriel? Kau mengenal Prince? ?" tanya Paris sedikit tersedak, lalu Tiara menyodorkan minumannya. "Thanks."

"ya, begitulah. Tapi, entah kenapa ia berubah. Ia seolah menganggap, bahwa kami tak saling kenal." Tiara mencoba menuturkan semuanya.
"tapi ia sangat baik padaku, ia pernah membantuku. Benar-benar baik." lanjut Tiara dengan mata berkaca-kaca.

"atau sebaiknya kita bekerjasama, membujuk Prince untuk pulang...." usul Paris.
"ayo kau ikut aku. Segera temui ayahku...." ujar Paris beranjak dari duduknya, menarik lengan Tiara, dan mengajaknya keluar kafé.

"Tu...tunggu. Ayahmu? Kau menyuruhku menemui ayahmu? Michael Jackson?" Tiara seakan sedang bermimpi. Tak mungkin!

"absolutely, sebaiknya kau jelaskan semua itu kepada ayah." Paris langsung memasuki limo-nya.
"yepp, ayo Masuk" ajak Paris.

Tiara dan Paris akhirnya menjadi teman. Paris tahu bahwa Tiara bukanlah orang jahat.

"mmh, kau berani menyetir limo sendirian? Kau belum cukup 18 tahun kan?" ujar Tiara menunjukkan kebodohannya.

Paris hanya menahan tawa, ia merasa geli dengan ucapan Tiara.

"hahahaha....kau sungguh lucu, Tiara!" celetuk Paris.

Sekitar 1,5 jam didalam limosin. Akhirnya mereka tiba, di kediaman Michael Jackson.

Tiara hanya bisa melongo. Ia hampir tak bisa berkata apa-apa. Ia menatap Paris, seakan ia tak percaya.

Lagi-lagi Paris hanya bisa tertawa melihat tingkah laku Tiara.

"yepp...mari kita ke dalam..." Paris menggandeng tangan Tiara.

"aku tak berani, Paris." Tiara menundukkan kepalanya.

Paris menatap heran.
"hey, whatzup Tiara? He's only my Dad, nothin u worry!" tukas Paris.

"aku tahu, tapi aku takut ayahmu tak menyukaiku. Bisa-bisa aku diusir dari sini."

"oh gosh, c'mon. Ayahku tak sekejam itu, sista. Sudah jangan ragu. Ayahku itu orang yang paling baik sedunia, you know?" bujuk Paris.

Tiara tersenyum, ia kemudian mengikuti langkah Paris.
Lalu masuk ke dalam mansion mewah idolanya itu.

****

IT'S COMPLICATED ! (chapter VI)

IT'S COMPLICATED ! (chapter V)

BRUUKKKK! ! !
Tiba-tiba Tiara menabrak seorang lelaki di depan gerbang sekolah, karena saking terburu-burunya agar tidak telat masuk kelas barunya itu

"aww. . !!" seru lelaki itu

"ma. . .maaf, aku tidak sengaja" tutur Tiara, betapa terkejutnya ketika ia melihat siapa lelaki yang sekarang dihadapannya tersebut.

"Ga. .Gabriel?!" Sontak mata Tiara seolah menari-nari.
"Gabriel, kau sekolah disini juga? ?" lanjut Tiara.

Namun di luar dugaan Tiara, lelaki itu hanya membalas dengan tatapan yang begitu dingin.
"maaf, aku buru-buru" ujar Gabriel dengan nada datar, berpura-pura ia seolah tak memperdulikan Tiara.

Tiara terdiam, ia tak menyangka Gabriel akan bersikap seperti itu padanya. Ia hampir ingin menangis, tapi ia berusaha menepisnya.

"maafkan aku..." gumam Gabriel lirih sambil tetap berjalan menuju kelasnya.

Muncul perasaan dilema Gabriel. Antara mengungkapkan 'perasaannya' terhadap Tiara atau tetap menyimpan rahasia siapa dia sebenarnya. (?)
****

Di kelasnya, Tiara hanya bisa diam, di tengah kebisingan suara anak-anak di dalam kelas barunya itu.
Ia masih terpikir tentang Gabriel tadi, hatinya resah.

"ssh. .sssh. . ." tiba-tiba seorang perempuan berambut blonde memanggil Tiara. Tiara pun menoleh.

"siapa namamu?" ujar anak itu dengan senyum manisnya.

"aku? Tiara Josephine" tutur Tiara membalas senyum. "kamu?"

"Reggy. Reggina Chloe Hummilton" sahut anak itu.

Betapa senangnya Tiara, ketika ia tahu bahwa masih ada orang yang ingin berteman dengannya di sekolahan semewah ini.

"Lunch Time, everyone" seru Mrs Colbie membuyarkan lamunan Tiara.

Tak lama dari itu Reggy, menghampiri Tiara yang sibuk dengan buku-bukunya yang berhamburan diatas meja.
"Tiara, kau mau makan, ayo kita sama-sama" ajak Reggy.
Tiara segera bangkit dari duduknya.

"ummh, anak-anak disekolah ini cuek begitu ya?" celetuk Tiara.

"eh? Mmh, tidak juga. Mereka belum terlalu kenal denganmu. Jadi mereka sedikit sungkan untuk menyapamu. . ." jelas Reggy.

"ohh. . .tapi, kenapa kau mau berteman denganku? Kenapa kau tidak ikut gabung dengan mereka saja?"

"aku malas, sist. Pembicaraan mereka tak jauh dari masalah sex. Dan mungkin kukira kau berbeda dgn mereka" ungkap Reggy.

"sex? Benarkah? Di lingkungan sekolah elit seperti ini?" tanya Tiara menaikkan kedua alisnya.

"ya, sebenarnya sih mereka tidak selalu membicarakannya. Memang mereka murid-murid yang pintar. Tapi..." ucapan Reggy terputus.
"Yasudahlah, tak usah pikirkan mereka" tukas Reggy. "kau mau pesan apa? Biar aku yang memesankannya" tawar Reggy.

"mmh, . .Sandwich Bologna" jawab Tiara singkat.
Reggy mengangkat kedua bahunya. "okay".

"yay! Pesanan sudah datang."
Tak sampai 10menit Reggy datang seraya membawa nampan berisi makanan yang sudah ia pesan.

Lalu, mata Tiara menangkap seorang lelaki. Gabriel.

"Reggy, kau tahu lelaki itu siapa?" tanya Tiara sigap sembari menunjuk ke arah Gabriel.

"k. .kau tak mengenalnya?" raut muka Reggy berubah, seolah ia baru saja membuka kotak pandora.

"mmh. .begitulah, siapa dia?" Tiara kembali bertanya.

"dia Prince." ujar Reggy cepat tanpa menggambarkan ekspresi apapun.

"Prince? ?" Tiara terperanjat. Jantungnya berdegup keras.
"dia mirip Prince, kak!"
ucapan Shania waktu itu tiba-tiba terngiang-ngiang di daun telinganya.
Nafsu makannya mendadak lenyap.
Hatinya terus bertanya-tanya. Apakah yang dimaksud Prince itu Gabriel, atau hanya kebetulan saja muka mereka berdua serupa.
Ah Entahlah.

Pikiran Tiara selalu di penuhi dengan pertanyaan itu.
Michael Jackson. Mungkinkah Gabriel, adalah anak lelaki dari sang megabintang favorit Tiara, yang sengaja menutupi identitasnya.
Kalau benar, apa alasan ia menutupinya. Lagi-lagi hati Tiara kembali runyam.
****

"sosis, kornet, roti, telur, dan selada. Okay" Tiara membaca lists, dan segera berangkat ke supermarket.

"Kak, ayah merindukanmu!"
Tak sengaja Tiara menangkap suara wanita, yang terdengar menarik. Lantas, ia memperlambat langkahnya.

"kak, pulanglah. Sudah tak ada masalah lagi." ujar wanita itu seperti memohon.

"Paris, dengarkan aku. Aku tahu, tapi aku tak mau menyusahkan ayah. Sudah banyak orang yang memeras ayah, dan aku tak mau menjadi orang-orang itu." seorang lelaki menyahuti wanita itu

Degg! !
Jantung Tiara kembali berpacu.
Tiara seakan mengenal suara lelaki itu.
Tiara kembali menajamkan pendengarannya.

"ayah sangat merindukanmu, kak. Aku mohon, aku tak ingin melihat ayah lebih terpuruk karena kepergian kakak. Pulanglah." ujar wanita bermata biru itu setengah menangis.

"Tidak, aku rasa kau salah, Paris. Sebaiknya kau kembali kau ke L.A. Temui ayah, dan sampaikan salamku kepadanya dan Blanket" ujar lelaki itu.

Astagaa! Tiara mencoba menahan suaranya, ia membungkamkan mulutnya. Karena ia tahu, lelaki itu adalah.

adalah......

GABRIEL! !
****

Sabtu, 28 Mei 2011

IT'S COMPLICATED ! (chapter IV)

"Waw. . .kenapa kau sekasar itu dengan ibumu? Aku benar-benar shock." ujar Gabriel sembari menyetir kuda besinya itu.

"Aku sudah terlalu sesak menahannya. Dan akhirnya aku berhasil menumpahkannya. Yaah, sebenarnya aku juga tak tega melakukannya. Tapi, ia sudah keterlaluan padaku. Aku merasa tidak seperti remaja lain, dipenuhi dengan kasih sayang ibu, dengan cinta dari seorang ayah. Orang tuaku tak pernah memikirkan diriku, mereka sangat egois." cerita Tiara, sambil membenarkan kopernya yang miring itu.
Gabriel hanya terdiam, tak ada respon darinya.

"Gabriel?" panggil Tiara.

"ah, yaa?" ternyata Gabriel menyahut.

"eh? Mmhh, anyway, kenapa kau tinggal sendirian dirumah yang besar itu?" kata Tiara, mencoba mencari topik pembicaraan.

"yaa, aku hanya ingin hidup mandiri saja. Well, sekaran kita mau kemana?" ujar Gabriel mengalihkan pembicaraan.

"antarkan aku ke tempat nenekku. Di Skater Road," jawab Tiara.
Sebenarnya, Tiara ingin bertanya lebih banyak hal, bagaimana keadaan ayah dan ibunya. Tapi, ia tau, kalo ia belum terlalu lama mengenal Gabriel, jadi terpaksa memendam pertanyaan-pertanyaan itu, hingga waktu yang ditentukan.

"Nah, kita sudah sampai," tiba-tiba motor Gabriel berhenti.
Tiara turun dari tunggangannya.
"terima kasih, ya. Eh, kau tidak mampir dulu?" Tiara mengangkut kopernya.

"emmh, sepertinya kali ini tidak bisa. Soalnya aku ada janji dengan seseorang. Mungkin lain kali." tutur Gabriel sambil tersenyum.

"ooh, kalau begitu sampai jumpa. . ." ujar Tiara melambai-lambaikan tangannya ke arah Gabriel yang menjauh melesat dengan motor balapnya itu.

"eh, . .kakak? ?" tiba-tiba seseorang anak kecil menyapanya.
Tiara menoleh,
"Shania? ?!" Tiara terkejut lalu segera merangkul anak itu.
"uuhh. .kakak merindukanmu, sayang"

"kak, lelaki tadi itu siapa? Pacar kakak?" tanya Shania ingin tahu.
"hah?! Bukan, itu teman kakak" jawab Tiara masih berdiri di depan beranda rumah.
"ohh, tapi wajahnya kelihatan familiar. Dia mirip. .mmh, , Prince." kata bocah berusia 10 tahun itu dengan polosnya.
Tiara kaget mendengar ucapan adik sepupunya itu.
"P. . .Prince? Prince siapa? ?" tanya Tiara mengernyitkan dahinya

"Anak Michael Jackson, Kak. .!"seru Shania.
Deg!! Tiara merasakan kejanggalan dari Gabriel, tapi ia mencoba menepisnya.
"ahahaha, mana mungkinlah. Dia itu Gabriel, teman kakak." terang Tiara. "eh, kita masuk, yuk. Mana nenek? ?" lanjutnya.

Shania menggandeng Tiara, dan berlari ke dalam rumah.
"Nenek. . .ada Kak Tiara!" teriaknya girang.

Lalu muncul perempuan brusia sekitar 70tahun, namun tampaknya ia masih sangat lincah.
"Tiara? ? Are u here? Oh My. . , mmh. , where's your mamma?" tanya Nenek agak bingung.

"maaf nek, Tiara pergi dari rumah. . ." ujar Tiara lesu.

"owh, what's?? Hey, nak, apa yang kau bicarakan?" tanya Nenek lagi.

Tiara langsung memeluk Nenek.
"nenek, Tiara benci ibu. Ibu terlalu kejam kepada Tiara. Ibu seolah-olah ingin membunuh Tiara secara pelan-pelan. Tia, tidak tahan lagi. Cuma nenek yang Tia punya. . ." tangisan Tiara kembali meledak.
Nenek membelai-belai rambut Tiara.

"Ibumu memang begitu. Dari 8 saudaranya, hanya ia yang berkepribadian buruk. Terlalu terobsesi dengan segala macam hal, termasuk narkoba. Ayahmu juga tak sengaja menikahi ibumu, karna terjerat hutang, dan ibumu meminta ayahmu untuk menikahinya. Namun, Nenek tahu, ayahmu sama sekali mencintai ibumu. Pernikahan mereka hanyalah sebuah keterpaksaan," cerita Nenek panjang lebar.

"be. .berarti, aku bukanlah anak yang diharapkan dalam keluarga ini?" tanya Tiara berkecil hati.

"menurut ayahmu begitu. Tapi, sungguh Nenek sangat menyayangimu, nak. Sebenarnya, sudah dari dulu nenek ingin merawatmu. Tapi, ibumu tetap bersikeras ingin mengurusmu. Bahkan nenek pernah diusir, saat nenek datang kerumahmu, ingin menengokmu ketika kau kecil." kenang Nenek berkaca-kaca.

"Nenek. , I LOVE YOU! Ibu memang jahat, nek. Percayalah" Tiara terus mendekap Nenek, semakin erat.
****

Kamis, 26 Mei 2011

IT'S COMPLICATED ! (chapter III)

Tiara terus menangis tersedu-sedu. Kemudian, Gabriel dengan sigap merangkul Tiara. Bibir Tiara gemetar, ia ingin mengucapkan sesuatu, namun dadanya terlalu sesak memendam masalah-masalahnya.
"Tak baik, jika kau lari begitu saja dari masalahmu" tutur Gabriel. "tak ada salahnya bila kau selesaikan semuanya, ungkapkan apa yang kau rasakan" sambungnya.

Tangisan Tiara mereda, angin musim dingin kota Chicago tatkala kembali membelai rambut hitam Tiara. Buru-buru Tiara mengusap buliran air yang barusan mengalir kedua pipinya itu.

"ayo, lebih baik tenangkan dulu dirimu" bibir tipis Gabriel seketika membentuk lengkungan ke atas.
XOXOXOXOXO

"waww, tak kusangka, sungguh indah pemandangan kota Chicago. Jujur, aku belum pernah senikmat ini mengamati keindahan disini." ujar Tiara sembari mendekap tubuhnya.

"mmh, boleh aku bertanya?" ucap Gabriel tiba-tiba.

"ya, tentu. Akan aku jawab jika aku tahu jawabannya" ujar Tiara setengah bercanda.

"kenapa kau tak ingin pulang? Lantas, kenapa kau tidur di beranda rumahku?" tanya Gabriel sambil menatap muka Tiara.
Tiara terdiam sejenak, garis mukanya berubah. Semburat mukanya melukiskan kebimbangan.

"ah. .maafkan aku, jika pertanyaanku terlalu sensitif. Maaf. ." seru Gabriel berdiri dari tempat duduknya.

Tiara tersenyum kecil, lalu menarik tubuh tinggi Gabriel untuk duduk kembali.

"aku merasa tertekan" sahut Tiara lirih. Suaranya hampir tak terdengar ditelan desiran air di telaga itu.
"aku tak tahan, ibuku selalu menekanku untuk terus bekerja. Sedangkan ia sendiri, sibuk dengan teman-temannya. Menghambur-hamburkan uang begitu saja. Membeli sesuatu yang kelihatannya tak terlalu penting. Tapi, jika uangnya sudah habis, ia akan 'over acting' di depanku. Bertingkah melankolis, bak bintang drama queen. Aku tak sanggup dgn smua itu" cerita Tiara seraya menahan air matanya, yg seolah memaksanya untuk terus menangis.

"lalu?! Kemana ayahmu?" tanya Gabriel sedikit berhati-hati.

"ayahku, 4tahun yg lalu, ayah melarikan diri dgn perempuan lain. Ia bilang kepadaku, ia sudah tak tahan untuk hidup bersama ibu lg. Ibu terlalu menekannya" ujar Tiara dgn bibir gemetar. Kali ini air matanya benar-benar mengalir.

Gabriel meraih tubuh Tiara, lalu mendekapnya lagi. Kedua mata birunya itu juga tampak ikut berbinar-binar.
"menangislah, selagi itu bisa membuatmu tenang," tutur Gabriel mendekap erat tubuh Tiara, disaksikan oleh percikan2 dan suara gemericik air di telaga itu.
***

'Brumm. . .brummm' suara motor Gabriel terdengar, Tiara pun akhirnya diantar pulang.
Tok. . .tok. . .tok. . .
Tampak wanita paruh baya berambut coklat muncul dari balik pintu.
Matanya terbelalak, saat ia tahu Tiara ada disitu.
"Tia?? Kau sudah pulang, nak? Kenapa kau baru pulang? Ibu hampir putus asa mencarimu, nak." tutur wanita itu berlagak bak pemenang piala oscar. Ia tampaknya ingin memegang pipi Tiara, namun diluar dugaan, Tiara tangkis tangan itu.
"aku muak dengan segal aktingmu. Cukup sudah. Tak pantas kau, kupanggil 'ibu'." bentak Tiara.

Wanita itu tampak terkejut mendengar serapah anak tunggalnya itu. Ia hampir menangis.
"kenapa kau katakan itu, nak? Apa kau benar Tiara? Tiara yang dulu tak pernah berkata sekasar ini." ujarnya, menyeka air mata.

"aku sudah melihat segala kepura-puraanmu di balik bola matamu itu. Kau kejam." tukas Tiara, matanya kian memerah.

"kenapa kau begini?" tanya Wanita itu, lalu ia mengubah tatapannya ke arah Gabriel. "apa karena lelaki ini? Siapa dia? Kenapa kau berani pulang dgn membawa lelaki asing kesini, Tiara?" sambungnya.

"Siapa kau? ? Apa kau sudah mendoktrin anakku? Lelaki bodoh! Kenapa kau diam saja?!" Ibu Tiara hendak menampar pipi Gabriel, untungnya tangan itu berhasil ditangkis Tiara lagi.

"Tak ada sangkut-pautnya dgn Gabriel. Dia tidak salah. Dia.lah yang menolongku, tidak seperti Kamu. Begitu kejam!" ucap Tiara sinis, menerobos masuk ke rumah, lalu mengemasi seluruh barang-barangnya.

"kau mau apa Tiara? Tega kau meninggalkan ibu sendirian? Kau ingin seperti ayahmu? Tiara, dengarkan ibu. . !"

"aku sudah capek. Urusi saja teman-temanmu, tetaplah hambur2kan uang itu!" Tiara segera menenteng kopernya.
"Gabriel, bisa kau antar aku ke suatu tempat?"
Gabriel hanya mengangguk pelan.

"teruslah! Lupakan saja ibumu ini! Pergilah kau dgn lelaki bodoh itu"
Ibu Tiara terus mengumpat-umpat.

Namun Tiara dan Gabriel berusaha tak mempedulikannya.
>>>>>>

Selasa, 24 Mei 2011

IT'S COMPLICATED ! (chapter II)

Lalu tangan kekar lelaki itu mengangkat tubuh Tiara. Dan segera masuk ke dalam rumahnya.

Tiara hanya duduk terdiam di sofa, sembari memperhatikan setiap gerak lelaki itu yg sedang sibuk mencari kotak obatnya.

"eh, daripada repot-repot begitu, sebaiknya aku pulang saja. Lagipula, kakiku sudah tidak sakit lagi, kok." ujar Tiara basa-basi.

Lelaki itu menoleh ke arah Tiara, lalu menempelkan telunjuknya ke bibirnya sendiri. "sssttt. . .tetap diam di situ, okay?"

Lantas lelaki itu tanpa segan-segan meraih kotak obatnya yang terbaring di bawah lemarinya yang berada di pojok ruangan.
"sini, tunjukkan dimana lukamu. . ." perintah lelaki itu.
Dengan ragu, Tiara memajang lututnya ke arah pandangan lelaki itu.

Kemudian, lelaki itu mengambil sehelai kapas, dengan hati-hati, dibersihkannya luka kecil di lutut sebelah kiri Tiara. Terkadang Tiara meringis, menahan perih.
Sesudahnya, ia ambil setetes antiseptic dari botol mungil di kotak obat tersebut. Dan akhirnya luka itu ditempel dengan plaster.

Tiara terus menerus memperhatikan wajah tampan lelaki itu, yang sangat tekun mengobati lukanya tadi.
"Ada apa? Kenapa kau menatapku begitu? Ada yang salah dengan wajahku?" tanya lelaki itu heran.

"kau tampan" ujar Tiara lirih.

"hah?! Apa? Maaf, Tidak kedengaran" seru lelaki itu.

"ah, eh. .tidak. . .siapa namamu?" pungkir Tiara sedikit gugup.

Lelaki itu menyungging senyum kecil, tampak begitu manis.

"Prince. . , no. .no, aku Gabriel. ." tukasnya setengah gugup. "dan kau, manis?" goda lelaki itu.

"ma. .manis? Ah, tidak, aku Tiara. ." pungkas Tiara 'salting'.

"Oh. , jadi namanya Gabriel, benar-benar indah matanya." gumam Tiara pelan.

"Apa?! Ada yang ingin kau katakan?" tanyanya sambil bangkit dari duduknya.

"oh. .ti. .tidak ada" Tiara memalingkan mukanya. Lalu pandangannya tertuju ke sebuah bingkai foto. "Michael Jackson!!" tiba-tiba Tiara berteriak.
Tentu, Gabriel terkejut, dan mengalihkan pandangannya ke arah Tiara.

"Kenapa? Kenapa dengan Michael Jackson?" Gabriel berkacak pinggang.

"kau tahu, aku adalah penggemar beratnya. . .!" ujar Tiara antusias. "ada hubungan apa kau dengan Michael?" lanjutnya.

Gabriel lalu terdiam, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, matanya terlihat berkaca-kaca.

"hey, kenapa kau diam?" Tiara menjentikkan jarinya.

"hahaha, , aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan orang itu." sahutnya sambil mengusap-usap matanya.

"tidak ada? Lalu kenapa kau menyimpan fotonya?" rasa ingin tahu Tiara semakin bertambah.

"aku hanya sekedar fan biasa. . ." jawab Gabriel dengan nada datar.

Tiara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu meraih foto itu sambil tersenyum.
"dia superstar, benar-benar hebat. Aku sangat mengaguminya. Impian terbesarku adalah bisa bertemu dengannya suatu hari nanti" terang Tiara dengan mata berbinar-binar.

Tanpa berkata apa-apa Gabriel langsung berjalan menuju ke ruang tengah.

"kau mau kemana?" teriak Tiara.

"aku akan mengeluarkan motorku, dan segera mengantarmu pulang" sahut Gabriel dari dalam.

Tiara hanya mengangkat alisnya. Rumah Gabriel sangat menarik. Banyak lukisan antik yang menempel di sisi tembok.

Tapi, kenapa dia tinggal sendirian di rumah sebesar ini? Tiara terus bertanya-tanya dalam hati.

'Brumm. . .brummm. . .'
suara bising motor mulai terdengar di luar.
Tiara terus berlari, namun lututnya belum terlalu kuat untuk digerakkan. Terpaksa ia berjalan dengan tertatih-tatih.

"kau bisa kan menuruni tangga itu?? Hati-hati" ucap Gabriel dengan nada prihatin.

Tiara hanya bisa meringis, memegangi lututnya. Lantas mendekati Gabriel yang sudah menunggangi kuda besinya itu, lengkap dengan jaket dan helm.nya.

''well, rumah kamu dimana? ?" tanya Gabriel.

Giliran Tiara yang terdiam.

"kok diam? Rumah kamu dimana?" Gabriel mengulang pertanyaannya lagi.

Tiara meneteskan air matanya,
''aku tidak ingin pulang!" teriak Tiara sambil menelungkupkan kedua telapak tangannya ke wajahnya.
*****

IT`S COMPLICATED ! (chapter I)

. . , Malam sudah larut, jalanan semakin nampak sepi. Tak ada lagi lalu lalang kendaraan di malam itu. Hanya tampak seorang gadis, yang berjalan sendirian di pinggir trotoar. Semburat wajahnya diliputi kebingungan.
. . , Ya ampun, bagaimana ini? Ternyata sulit juga mencari pekerjaan ini, hadooh! Batin Tiara sambil meneruskan langkahnya.
. . , Namanya Tiara Clarissa Josephine. Tapi, teman-temannya kerap menyapanya dengan nama Tia, atau Tiara.
. . , Dengan gontai Tiara menginjakkan kakinya ke lantai teras rumahnya. Namun ia tak langsung masuk. Ia ragu, ia tak sanggup menatap reaksi ibunya, apabila ia masih belum mendapat pekerjaan.
Tiara mengurungkan niatnya untuk pulang ke rumah. Ia terus menelusuri jalanan sepi, dingin menyusup hingga ke pori-pori.
. . , Seketika kristal bening jatuh dari dua bola matanya yang bulat itu. Tiara mendekap tubuhnya dengan kedua lengannya.
. . , "Tuhan, apa yang musti Tiara lakuin? Tiara gak sanggup ngeliat ibu, sama ayah, terpuruk kayak gini" Ia terus meratap.
. . , Karena sudah terlalu letih, kedua kakinya yang panjang itu rasanya tak sanggup lagi untuk menopang tubuhnya yang beratnya hanya sekitar 48kilo itu. Tubuh Tiara mulai menggigil, bayangkan di musim dingin seperti ini, Ia hanya mengenakan selembar baju kaos tipis. Biarpun begitu, Ia tetap tak ingin pulang ke rumah.
. . , Tiara memutuskan untuk tidur di teras rumah orang-entah itu rumah siapa. Angin malam kala itu berdesir-desir menerpa tubuhnya yang sedang meringkuk di sudut teras rumah itu.
. . , Pagipun akhirnya menghampiri keramaian kota Chicago. Namun, mentari tetap tak menunjukkan teriknya. Ternyata musim dingin tetap berlanjut. Sementara itu, Tiara masih tertidur pulas di sudut teras itu, sesekali ia menghapus air liurnya yang mengalir dari ujung bibir mungilnya itu.
. . , 'cklekk. .' seseorang keluar dari dalam rumah nyaman tersebut. Sesosok pria muda tampan, berambut pirang, berkulit putih, dan di hiasi sepasang mata biru, bak batu diamond.
. . , "oh, Astagaa! !" lelaki itu terperanjat, tatkala ia memandang Tiara yang masih tertidur pulas di sudut teras rumahnya itu. Lantas, lelaki itu menghampiri Tiara, mencoba membangunkannya.
. . , "Hey. .hey, , bangunn. ." ucap lelaki itu sembari menepuk pelan pipi Tiara. Namun, Tiara tetap saja asik dengan mimpinya. Berulang kali Lelaki itu berusaha membangunkan Tiara, akan tetapi Tiara tetap tak merespon.
. . , "hellooo. . ,girl, , wake up. , " kali ini lelaki itu mencubit-cubit hidung Tiara. Dan akhirnya Tiara terbangun juga.
. . , Tiara berusaha memicingkan kedua matanya, menatap sejenak lelaki yang sedang berada di hadapannya itu. Tak lama, mata Tiara terbelalak.
. . , "oh gosh, siapa kamu?! Mau apa kau? ?!" sontak Tiara berteriak.
. . , "hey, seharusnya aku yang bertanya begitu" lelaki itu mengernyitkan alisnya.
. . , Tiara baru sadar, kalau ia tertidur di teras orang. Mukanya langsung bersemu merah. Ia tak tahu harus berkata apa.
. . , "so, kenapa kau berada di rumahku? Kupikir kau tadi pencuri." tukas lelaki itu menjauhkan mukanya dari Tiara.
. . , Tiara langsung beranjak dari duduknya, dan sesekali membersihkan bokongnya. Raut mukanya berubah menjadi masam. Tanpa berkata apa-apa kepada lelaki tersebut, buru-buru Tiara meninggalkan lelaki itu dan menuruni beberapa anak tangga yang tersedia di dekat teras itu. Namun, kakinya masih terasa gemetar, dan lalu.....
"BRUKKKK! !"
Tiara tersungkur, lututnya tergores hingga mengeluarkan cairan merah
"auwww. . ." rintihnya sambil meringis.
. , Lelaki tadi langsung berjalan mendekati Tiara.
. , "hey hati-hati. . . Kau tak apa-apa?" tanya lelaki itu memastikan.
. . , Tiara memandang tajam mata lelaki itu.
"Sudah, tak usah pedulikan aku!" Tia mencoba bangkit, tapi tak bisa karena kakinya terkilir.
. . , "sini aku gendong, akan kuobati lukamu, lalu akan kuantar pulang. ." ujar lelaki tampan itu sembari menggendong tubuh mungil Tiara.
. . . . XOXOXOXO