Lalu tangan kekar lelaki itu mengangkat tubuh Tiara. Dan segera masuk ke dalam rumahnya.
Tiara hanya duduk terdiam di sofa, sembari memperhatikan setiap gerak lelaki itu yg sedang sibuk mencari kotak obatnya.
"eh, daripada repot-repot begitu, sebaiknya aku pulang saja. Lagipula, kakiku sudah tidak sakit lagi, kok." ujar Tiara basa-basi.
Lelaki itu menoleh ke arah Tiara, lalu menempelkan telunjuknya ke bibirnya sendiri. "sssttt. . .tetap diam di situ, okay?"
Lantas lelaki itu tanpa segan-segan meraih kotak obatnya yang terbaring di bawah lemarinya yang berada di pojok ruangan.
"sini, tunjukkan dimana lukamu. . ." perintah lelaki itu.
Dengan ragu, Tiara memajang lututnya ke arah pandangan lelaki itu.
Kemudian, lelaki itu mengambil sehelai kapas, dengan hati-hati, dibersihkannya luka kecil di lutut sebelah kiri Tiara. Terkadang Tiara meringis, menahan perih.
Sesudahnya, ia ambil setetes antiseptic dari botol mungil di kotak obat tersebut. Dan akhirnya luka itu ditempel dengan plaster.
Tiara terus menerus memperhatikan wajah tampan lelaki itu, yang sangat tekun mengobati lukanya tadi.
"Ada apa? Kenapa kau menatapku begitu? Ada yang salah dengan wajahku?" tanya lelaki itu heran.
"kau tampan" ujar Tiara lirih.
"hah?! Apa? Maaf, Tidak kedengaran" seru lelaki itu.
"ah, eh. .tidak. . .siapa namamu?" pungkir Tiara sedikit gugup.
Lelaki itu menyungging senyum kecil, tampak begitu manis.
"Prince. . , no. .no, aku Gabriel. ." tukasnya setengah gugup. "dan kau, manis?" goda lelaki itu.
"ma. .manis? Ah, tidak, aku Tiara. ." pungkas Tiara 'salting'.
"Oh. , jadi namanya Gabriel, benar-benar indah matanya." gumam Tiara pelan.
"Apa?! Ada yang ingin kau katakan?" tanyanya sambil bangkit dari duduknya.
"oh. .ti. .tidak ada" Tiara memalingkan mukanya. Lalu pandangannya tertuju ke sebuah bingkai foto. "Michael Jackson!!" tiba-tiba Tiara berteriak.
Tentu, Gabriel terkejut, dan mengalihkan pandangannya ke arah Tiara.
"Kenapa? Kenapa dengan Michael Jackson?" Gabriel berkacak pinggang.
"kau tahu, aku adalah penggemar beratnya. . .!" ujar Tiara antusias. "ada hubungan apa kau dengan Michael?" lanjutnya.
Gabriel lalu terdiam, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, matanya terlihat berkaca-kaca.
"hey, kenapa kau diam?" Tiara menjentikkan jarinya.
"hahaha, , aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan orang itu." sahutnya sambil mengusap-usap matanya.
"tidak ada? Lalu kenapa kau menyimpan fotonya?" rasa ingin tahu Tiara semakin bertambah.
"aku hanya sekedar fan biasa. . ." jawab Gabriel dengan nada datar.
Tiara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu meraih foto itu sambil tersenyum.
"dia superstar, benar-benar hebat. Aku sangat mengaguminya. Impian terbesarku adalah bisa bertemu dengannya suatu hari nanti" terang Tiara dengan mata berbinar-binar.
Tanpa berkata apa-apa Gabriel langsung berjalan menuju ke ruang tengah.
"kau mau kemana?" teriak Tiara.
"aku akan mengeluarkan motorku, dan segera mengantarmu pulang" sahut Gabriel dari dalam.
Tiara hanya mengangkat alisnya. Rumah Gabriel sangat menarik. Banyak lukisan antik yang menempel di sisi tembok.
Tapi, kenapa dia tinggal sendirian di rumah sebesar ini? Tiara terus bertanya-tanya dalam hati.
'Brumm. . .brummm. . .'
suara bising motor mulai terdengar di luar.
Tiara terus berlari, namun lututnya belum terlalu kuat untuk digerakkan. Terpaksa ia berjalan dengan tertatih-tatih.
"kau bisa kan menuruni tangga itu?? Hati-hati" ucap Gabriel dengan nada prihatin.
Tiara hanya bisa meringis, memegangi lututnya. Lantas mendekati Gabriel yang sudah menunggangi kuda besinya itu, lengkap dengan jaket dan helm.nya.
''well, rumah kamu dimana? ?" tanya Gabriel.
Giliran Tiara yang terdiam.
"kok diam? Rumah kamu dimana?" Gabriel mengulang pertanyaannya lagi.
Tiara meneteskan air matanya,
''aku tidak ingin pulang!" teriak Tiara sambil menelungkupkan kedua telapak tangannya ke wajahnya.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar