Jumat, 10 Juni 2011

IT'S COMPLICATED ! (chapter X)

"jadi...kemana ayahmu sekarang?" tanya Paris dengan rasa prihatin sembari menyodorkan sehelai tissue dari kotaknya.

Tiara mengusap pipinya dengan tisu itu. "ayah melarikan diri dengan wanita lain sejak aku masih berusia 12tahun, ayah bilang ia sudah tak sanggup lagi hidup bersama ibu." jelas Tiara dengan bibir bergetar.

"la...lalu ibumu?" tanya Paris lagi.

Tiara diam sejenak, menghela nafas dalam-dalam, lalu meraih guling yang terbaring di ranjang itu.
"kumohon jangan bahas soal ibuku lagi. Aku sudah terlalu muak, Paris." pinta Tiara

Paris mengangguk pelan, lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuk itu. Suasana begitu hening, di dalam ruangan yang sangat luas. Tak ada teriakan-teriakan Blanket atau Michael yang menggema dari bawah. Betul-betul sepi. Mungkin, karena hari sudah malam. Michael dan Blanket mungkin juga sudah terlelap.

Tapi, Tiara belum juga dihinggapi rasa kantuk. Sedangkan Paris, mulut tipisnya terus menguap, matanya kian sayu.
"kau mengantuk, Paris?" suara Tiara memecah kesunyian diantara mereka.

"ya...kurasa begitu," tutur Paris seraya mengatup mulutnya yang menguap dengan kepalan tangan kanannya.
"tak biasanya, Ayahku bisa tidur secepat ini," gumam Paris tersenyum.

Tiara melongo. "ooh iya...kabarnya, Michael sering terserang insomnia." ucap Paris.

"hmmh, entahlah. Kulihat, Daddy begitu lemah. Orang-orang disekitarnya selalu saja menginjak-injak Daddy. Dad terlalu baik, namun kebaikannya selalu disalahgunakan oleh orang itu. Yaa, kau tahu, Dad sekarang hanya menjadi seorang pesakit." curhat Paris bangkit dari tidurnya.
"A...akuu, sangat terluka, Tiara. Seluruh orang begitu senang melihat ayahku hancur. Hanya, Daddy orang yg kumiliki. Dan, akupun tak pernah sekalipun bertemu dengan ibuku." ucap Paris dengan perih.

Tiara langsung memeluk Paris,
"tapi ayahmu adalah yang terbaik, dear. Bagimu, keluarga, juga diriku, bahkan dunia. Aku salut dengan ayahmu, Paris," tutur Tiara tersenyum sekaligus melepas rangkulan.

"kau cantik, matamu indah, kau adalah anak orang terkenal. What a lucky you are, sejujurnya aku sangat iri padamu, Paris." puji Tiara

"ah, ayolah. Cukup kau buat aku tersipu terus." sangkal Paris, menepuk pelan bahu Tiara.

Tiba-tiba Tiara teringat sesuatu.
"kau bilang, kau ingin aku membujuk Prince agar dia mau pulang?"

Paris membelalakan kedua mata birunya.
"o my Gosh! Aku baru ingat. Ayo kita temui Daddy, kita bicarakan soal ini dengannya..." ujar Paris berapi-api.

Tiara menghalangi Paris, ia menarik baju Paris.
"hey....Bagaimana kalau besok saja? Kasihan ayahmu, jika kita membangunkannya."

Paris setuju. Jadi mereka menunda membicarakan rencana itu, hingga esok hari
****

"Tiara..tia...? Bangunn, ini sudah pagi.," samar-samar Tiara mendengar seseorang sedang membangunkannya. Namun, ia tetap saja memejamkan matanya rapat-rapat.
"ayo...nona, sebaiknya nona bangun,"

akhirnya, Tiara bangun dari tidur nyenyaknya. Ia terus berjalan keluar kamar, tanpa mempedulikan 2 pembantu yang baru saja membangunkannya.

Tiara menuruni tangga dengan perasaan setengah sadar. Ia masih tetap mengenakan piyama merahnya, lalu menuju meja makan. Dan dengan sigap ia melahap sandwich yang tersedia di meja keramik itu.

"ahh...nenek, tumben kau membuat sarapan yang sangat enak...seperti ini." ujar Tiara dengan mulut penuh, tanpa menyadari bahwa Michael sedang duduk di depannya.

"w..what? Nenek?? Kau sepertinya sedang mengigau sayang, lebih baik kau cuci dulu mukamu, lalu kembali kesini, okay?" sahut Michael diiringi tawa Paris yang juga duduk disamping Ayahnya.

Tiara langsung membuka matanya lebar-lebar. GLEK! Ia buru-buru menelan paksa makanan yang masih bersarang dimulutnya. Tiara baru sadar, bahwa ia masih berada di kediaman Michael. Ia tersenyum tidak enak,
"ma...maafkan aku..!" pekik Tiara, sambil berlari ke kamar mandi.

'akkhh...memalukan! Kau benar-benar bodoh, Tiara! Jaga sikapmu!' hati Tiara membatin. Ia terus saja memukul-mukul kepalanya dengan tangannya sendiri.

Tak lama kemudian, Tiara sudah beres. Bukupun ia pinjam dari Paris, begitu juga dengan baju dan perlengkapan lainnya.

Tiara melihat Paris, Michael, dan Blanket menunggunya di ruang depan.
"baik, Tiara.., kau satu sekolah 'kan dengan Prince?" tanya Paris memastikan.
Tiarapun mengiyakan.

"well, kau bisa jelaskan apapun semampumu kepadanya. Aku harap, ini berhasil." tukas Michael. "mmh, tapi kau juga jangan terlalu memaksakan diri, manis. Dan bersabar hingga hatinya luluh." tambah Michael tersenyum.

Tiara tak mengatakan sepatah kata pun. Ia hanya mengangguk. Pertanda bahwa ia sudah paham.

"aku, ayah, dan Blanket, akan pergi ke suatu tempat. Jika kau membutuhkan kami, kau tinggal hubungi kami saja." Paris menyerahkan sebuah Android ke tangan Tiara.

"Josh, sekarang kau antarkan Tiara ke sekolah, ya?" perintah Michael kepada sopirnya.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar