Kriiinnggg....kriiinnng....
Michael terlonjak kaget dari atas ranjangnya. Ia terbangun dari nyenyaknya, karena suara lengkingan yang begitu memekakkan telinga itu.
"ah...kau mengejutkanku saja!" desis Michael kesal kepada jam weker mungil itu, lalu menekan tombol OFF di bagian belakangnya.
Matahari begitu cerah, menembus masuk melewati kaca jendela kamar Michael. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
Kembali lagi, bayangan gadis sirkus itu terus muncul memenuhi benak Michael.
***
Michael celingak-celinguk, ia bingung pagi begini rumahnya sudah sepi. Hanya ada Jackie dan Rebbie yang ia jumpai saat itu.
"Kemana saja mereka semua?" tanya Michael menggaruk-garuk kepala.
"Janet dan Randy sedang berangkat ke sekolah, Ibu sudah mulai bekerja lagi di toko, Ayah sedang latihan musik di rumah Paman, Marlon ada sedikit urusan, Jermaine sedang mengapeli pacarnya, Tito sedang membawa peliharaannya ke dokter hewan, dan La Toya baru saja berangkat, katanya ia ingin membeli gaun untuk ke pesta pernikahan temannya..." terang Jackie panjang lebar dan terperinci.
"kau sendiri tidak ke studio?" tanya Rebbie kepada Michael sembari menyalakan tivi.
"aku? Mmhh...tidak untuk hari ini, aku harus menuntaskan lagu-laguku dulu...baru aku kembali ke studio" jawab Michael.
Kemudian Michael duduk di ruang utama. Tangan kanannya menopang dagu, ia kembali berkhayal tentang gadis sirkusnya itu. Kali ini Michael memang benar-benar sedang jatuh cinta.
"Michael, katanya Shanon sedang sakit, benarkah?" tanya Jackie sambil membolak-balikkan halaman buku yang sedang ia baca.
Namun, Michael tak menyahut. Ia sepertinya tidak mendengar pertanyaan Jackie.
Jackie lalu menutup bukunya, lalu memperhatikan Michael yang sibuk melamun itu.
"Michael?" panggil Jackie, ia mencoba menggeser duduknya.
Lagi-lagi Michael tidak menjawab.
Merasa sebal karena tidak dihiraukan, Jackie mendekati Michael.
"Michael? Mike? Kau dengar tidak?" Jackie melambaikan tangannya tepat didepan wajah Michael.
Akhirnya Michael tersadar, lantas ia tersentak melihat Jackie yang sudah berada disampingnya.
"kau kenapa?" tanya Michael, seketika mukanya bersemu merah.
Jackie menggelengkan kepalanya.
"kau yang kenapa? Melamun saja kerjaanmu!" tukas Jackie heran.
"sembarangan, pekerjaannya itu menyanyi, you know!" celetuk Rebbie tiba-tiba.
"kau diam saja." bentak Jackie kepada Rebbie. "Mike, apa yang sedang kau pikirkan?" tutur Jackie.
Michael menggeleng cepat. "ti...tidak ada, aku hanya memikirkan ide-ide baru untuk laguku..." sahut Michael sedikit gugup sekaligus beranjak dari duduknya dan kembali ke kamarnya lagi.
****
Malam sudah tiba. Semburat wajah Michael tampak riang. Ia terus saja bersenandung.
Cklekk...
Michael keluar dari kamarnya, dan segera memasang sepatunya.
"kau mau kemana?" Janet menaikkan alis kanannya.
Michael tersenyum kecil.
"seperti biasa, ia ingin menemui gadis sirkus-nya, Janet..." celoteh Marlon dari balik tirai dapur.
Mendengar kata-kata Marlon, Michael hanya bisa tersipu malu.
"aku pergi dulu, nanti ku bawakan makanan..." Michael menjentikkan jarinya, dan segera berlalu.
Michael melintasi trotoar, jantungnya berdebar-debar. Ia tak sabar ingin segera mengobrol dengan Allison, bidadarinya. Ia yakin kali ini akan berhasil.
Sesampainya, Michael berjumpa dengan seseorang pria botak.
"kalau gajiku belum juga di bayar, aku berhenti!" gerutunya, lalu menyerahkan wig dan kostum badut yang sedang ia tenteng kepada Michael, kemudian berlalu entah kemana.
"apa-apaan ini?" Michael menatap bingung wig dan kostum badut yang sedang ia pegang itu.
"hey, Nak. Kau bersedia menggantikan Keough ?" tiba-tiba seseorang menepuk bahu Michael.
Lantas, Michael membalikkan badannya. Ternyata seorang pria paruh baya yang sedikit lebih pendek darinya.
"Keough??" Michael bertanya tak mengerti.
"sebaiknya kau ikut aku..." ujar pria tua itu seraya menarik lengan Michael dan menyeretnya masuk ke salah satu tenda di karnaval itu.
Di dalam, Michael menyaksikan puluhan awak sirkus yang sedang merias wajahnya. Kostumnya juga berwarna-warni.
"Nak, sekarang riasi dulu mukamu. Pertunjukkan akan dimulai setengah jam lagi..." perintah pria tua tadi.
"pertunjukkan? Apa maksudmu?" Michael terus menerus dibuat bingung oleh pria itu.
"untuk sementara kau harus menggantikan Keough, lelaki botak yang kau temui tadi..." jelas pria tua itu. "kau bisa 'kan menjadi badut?" tanya pria tua itu.
Tapi, Michael malah tidak mendengar pria itu. Matanya sibuk menikmati permainan salah satu badut yang sedang berlatih di ujung sana.
Saat itu juga, mata Michael menangkap seseorang yang ingin ia temui. Allison.
Hatinya kembali berdebar, bola matanya seakan menari-nari.
"nak, kau mendengarku?" pria tua itu mencolek lengan Michael.
"ya, tentu saja!" sahut Michael salah tingkah.
"okay, sekarang kau berdandan. Persiapkan dirimu!" seru pria tua itu, kemudian pergi keluar tenda.
Michael tertawa dalam hati, ia sangat bahagia hari ini.
'Tuhan...aku harap ini berhasil...' batin Michael.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar