Michael pun akhirnya menghampiri gadis itu. Namun, tampaknya gadis itu tak terlalu menghiraukan Michael yang sudah berdiri di sebelahnya, ia hanya sibuk membereskan peralatan-peralatan karnaval, dan terpal-terpal yang tidak terpakai.
"hai..." sapa Michael kepada perempuan itu. Perempuan itu melirik ke arah Michael, tapi tak ada satu kalimatpun yang meluncur dari mulutnya. Kemudian gadis itu berlalu, entah kemana. Michael tetap tak menyerah. Ia terus mengikuti langkah gadis bidadarinya itu.
"hai...aku Michael Jackson, kau boleh memanggilku Mike..." Michael berusaha memperkenalkan dirinya. Entah gadis itu tuli atau tidak, Ia tak sama sekali tertarik untuk membalas sapaan Michael. Perempuan berambut hitam itu terus saja berjalan, tanpa menghiraukan Michael yang juga terus melangkah beriringan mengikutinya.
Michael merasa ada sesuatu yang mengganggu langkahnya, ia menoleh ke bawah. Ternyata tali sepatunya lepas, ia lalu mengikatnya kembali. Ketika Michael hendak melangkah lagi, ia melihat gadis itu menghilang di telan keramaian karnaval di malam itu.
"kemana perginya dia?" tanya Michael dalam hati. Matanya terus mencari-cari sosok perempuan tadi, tapi sepertinya ia tak bisa menemukannya.
"hey, apakah ini hanya khayalanku saja?" gumam Michael lirih, kemudian ia mencubit pipinya.
"aowww!! Sakittt..." Michael mengerang kesakitan sembari mengusap-usap pipinya.
"tidakkk....ini nyata..." batin Michael.
Waktu sudah semakin larut, karnaval pun sudah tampak sepi. Akan tetapi, Michael tetap tak menemukan gadisnya itu. Dan Michael pun memutuskan untuk pulang.
"benar-benar aneh, kenapa dia tak memperdulikan aku?" Michael semakin penasaran dengan perempuan itu.
"apakah dia buta? Atau tuli? Ahh...tidak mungkin!" ujar Michael kepada dirinya sendiri.
"Allison...lihat saja nanti!!" pekik Michael di pinggiran jalan yang sepi.
Michael bertekad, ia akan terus mendekati Allison, Circus Girl-nya itu.
****
cklek...
Michael membuka pintu rumahnya.
"Aku pulaaangg..."
Sunyi, senyap tak ada jawaban.
"Ibu? Ayah?" Michael memanggil seluruh penghuni rumah itu.
"Tito? Jermaine?" Michael membuka tirai pintu kamar kedua, namun tak ada siapa-siapa.
"Jackie? Janet? Kalian sudah tidur? Marlon? Randy? Helloooo?"
tetap tak ada jawaban. Hati Michael mulai cemas. Dengan sigap Ia memeriksa seluruh kamar, namun semuanya kosong.
"jangan bercandaa..." ujar Michael. "ini tidak lucu!"
Tapi, ketika Michael bertandang ke dapur, ternyataaa....
"SURPRIIISEEEE....!!"
Michael terperanjat kaget. Matanya terbelalak, jantungnya berdegup cepat.
Ternyata ia melihat seluruh anggota keluarga kecilnya berkumpul di dapur yang sempit itu. Dan, Kate, sang ibu membawa seloyang kue Pancake di tangannya sambil tersenyum.
"selamata ya, Mike?" Jermaine segera menyambar tangan Michael yang basah oleh keringat dingin, lalu menjabatnya.
"tu...tunggu! Ada apa ini?? Ulang tahunku masih lama..." Michael nampaknya masih shock.
"ohohoho...ini bukan untuk ultahmu, Mike." sahut Janet.
"jadi?" Michael menaikkan alis kanannya.
"ini sebagai syukuran, bahwa kau sudah beranjak dewasa, sayang..." tutur Kate.
"Dewasa? Apa maksudnya? Aku benar-benar tak mengerti..."
"tadi, Riggs mampir ke rumah. Ia bercerita kepada kami, bahwa kau sedang jatuh cinta kepada seorang gadis karnaval disitu." terang Joe, ayahnya.
"Riggs? Oh...Tuhannn." desah Michael. "aku tadi sangat khawatir, kukira rumah ini sedang di rampok..." ujar Michael sembari mengusap keringat dingin yang menetes dari keningnya.
"Mike, aku tak menyangka bahwa kau memang benar sudah dewasa..." tiba-tiba Tito memegang bahu Michael, sembari mengusap matanya.
"ke...kenapa kau menangis?" Michael heran melihat tingkah kakaknya itu.
"aku terharu, Mike!!" Tito langsung memeluk tubuh Michael.
"ooh...hentikan, Tito." Michael mencoba melepaskan rangkulan Tito namun tak bisa.
"lain kali, kau carikan aku pacar juga ya?" bisik Tito setengah bercanda.
Mendengar ucapan Tito, seisi rumah pun menjadi gaduh, karena gelak tawa keluarga Jackson.
****
"keluargaku sangat aneh, masa hanya karena aku sedang jatuh cinta saja, mereka malah merayakannya." ujar Michael geleng-geleng kepala di dalam kamarnya.
Michael mencoba memejamkan matanya. Ia melihat bayang-bayang Allison, hatinya penuh.
"alangkah indahnya bila sedang jatuh cinta..." Michael menggumam.
Ia segera menarik selimut, dan segera tidur.
"Good Night, my Circus Girl..." ujar Michael tersenyum.
=see in Chapter III=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar