"jadi benar kau menyukainya?" tanya Paris sekali lagi.
Prince mengangguk pelan. Ia melipat kakinya.
"dia tegar, baik. Tapi juga terkadang, dia jadi sangat aneh..." kenang Prince sambil tertawa kecil.
Paris pun juga ikut tertawa.
"hahah, memang. Waktu ia masih tinggal disini, ia sangat aneh. Tapi, lucu juga. Ia sampai pingsan saat baru pertama kali bertemu ayah..." cerita Paris, sambil menahan tawanya.
"dia tinggal disini? Sejak kapan??!"
"sekitar 2hari yang lalu. Ya, untuk membujukmu pulang. Jadi aku ajak dia untuk menginap di rumah." terang Paris. "kau sudah sangat merepotkannya."
"sekarang, dia dimana? Di bawah?" Prince begitu penasaran.
"dia sudah pulang ke tempat neneknya." jawab Paris lirih.
Prince terdiam. Ia ingat kejadian tadi pagi. Di saat ia dan Tiara berdebat.
"aku harus minta maaf." Prince membatin pada dirinya sendiri.
"oh ya, jangan cerita kepada ayah atau siapapun kalau aku menyukai Tiara. Hanya kau dan aku yang tahu tentang itu!" tukas Prince. "kalau kau memberitahukannya, lihat saja nanti," Prince menunjukkan kepalan tangannya ke arah Paris.
"uhh...takut..." sahut Paris setengah meledek. "ok..ok!" Paris mengangkat kedua jempol tangannya.
****
"Prince, kau mau kemana, sayang? Minggu pagi begini kau sudah rapi, tak biasanya." oceh Michael seraya melahap roti panggangnya.
"mmh...aku ada keperluan, Daddy." sahut Prince singkat.
"ooh..."
"Pagi, Dad." Paris mengecup pipi Michael, dan segera menyambar sarapannya.
"Pagi, cantik. Eh, kau harum sekali, tapi sepertinya Daddy mengenal wangi itu." ledek Michael.
Raut muka Paris berubah masam. Michael hanya tertawa melihatnya.
"anyway, kau juga mau kemana,?" tanya Michael, menaikkan alisnya.
"aku juga ikut dengan Prince, iya 'kan Prince?" Paris menatap tajam Prince.
"wah, jadi kalian mau meninggalkan Daddy sendirian?" tutur Michael melankolis.
"kan ada Blanket, Josh, Grace, Waggy, dan yang lain juga." sahut Prince sambil mengikat simpul tali sepatunya.
"Blanket baru saja di jemput oleh Jermaine, Daddy ikut deh," pinta Michael.
"aduhh....Daddy, ini urusan anak muda. Sebaiknya Dad dirumah saja, lagipula kemarin Tante Janet bawa kaset film baru kesini, lho," bujuk Paris.
"kalian mau ke rumah Tiara, kan?" tanya Mike semakin ingin tahu.
Prince dan Paris saling bertemu pandang.
"Daddy, tahu darimana?" tanya Paris dan Prince bebarengan.
"pokoknya, Dad mau ikut. Tunggu disini, Daddy ganti baju dulu." seru Michael, segera menuju ke ruang kostumnya.
"Parisss..."
"eh, sumpah! Aku tidak membocorkannya!" bantah Paris.
"lantas, siapa lagi kalau bukan kau?" tanya Prince mendengus kesal.
"yaa, mana aku tahu!" Paris mengangkat kedua bahunya. "yang pasti, bukan aku!"
tak lama kemudian, Michael muncul dengan pakaian khasnya. Kostum ala militer, dan aviator hitam, serta masker sutra di tambah fedora besar hitamnya.
"oh boy!" seru Prince melongo.
"Daddy apa-apaan sih? Kita mau kerumah Tiara, bukannya ke red carpet, you know." sembur Paris
"no....no...dimanapun Michael Jackson harus tampil keren!" ujar Michael berkacak pinggang.
"hahaha, dan paparazzi akan membunuh kita." tukas Prince pahit.
"sssttt...dont talk about paparazzi!" bisik Michael
"Well, let's we go!" ujar Michael gembira.
****
sekitar kurang lebih 1.5 jam meluncur dengan limosin dari kawasan Los Angeles menuju kota Chicago akhirnya mereka sampai juga.
"wah, rumahnya ramai sekali." Michael berseru.
Paris, Prince dan Michael segera menuju beranda rumah mungil nenek Tiara.
Namun, ada kejanggalan disitu. Seluruh orang disitu tampak berduka. Perasaan mereka mulai tidak enak.
"ada apa ini?" Paris bertanya-tanya.
"Maaf, bu. Disini kok ramai sekali, ya?" tanya Prince kepada salah seorang ibu-ibu.
"nyonya Chloe meninggal...'' sahut ibu itu bergetar.
Hati Prince terguncang.
"Chloe?? Siapa itu?" Michael bertanya heran.
Tiba-tiba Tiara muncul dari balik keramaian itu. Ia duduk sendiri di bawah pohon willow yang berdiri kokoh di samping rumah.
Paris segera menghampirinya, disusul Michael dan Prince.
"i'm so sorry..." tutur Paris lirih, tangannya gemetar.
"hanya nenek satu-satunya orang yang kupunya..."
Michael membelai rambut Tiara.
"Tuhan ada disampingmu, Nak. Percayalah." Mike mencoba menghibur Tiara.
"Memangnya, apa penyebab nenekmu meninggal?" tanya Prince dengan hati-hati.
"entahlah, aku baru tahu bahwa nenek menderita penyakit komplikasi. Padahal....nenek itu orang yang kuat bagiku..." terang Tiara sambil menahan air matanya.
****
"okeh, mulai sekarang kau anggap sj rumah ini spt rumahmu sndri, tak prlu merasa sungkan." ujar Mike
"dan anggap saja kami adalah keluargamu sendiri." tambah Paris
"terima kasih, kalian memang sangat baik. Tak salah, Tuhan selalu memberkati kalian." kata Tiara tersenyum.
'Cuppp'
Prince mencium kening Tiara.
"I LOVE U..."
Tiara terkejut, ia seakan tak percaya.
"hey!! Prince, ini milik Daddy." goda Mike sambil menarik lengan Tiara.
"enak saja!" Prince mencibir.
Paris hanya tertawa melihat tingkah ayah dan kakaknya.
*END*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar