Senin, 13 Juni 2011

My Circus Girl (Chapter I)

"Hidupku memang benar-benar sangat membosankan!" Michael mendengus kesal. Kemudian, Ia menghempaskan tubuhnya ke kasur empuknya, lalu memperhatikan gerak detakan jarum jam yang menempel di dinding kamarnya.
"Lamban sekali waktu bergulir..." Michael terus-menerus mengoceh pada dirinya sendiri.

Namun di sela-sela kekesalannya, ia mendengar suara-suara ledakkan kembang api yang begitu meriah. Michael segera bangkit, Ia segera membuka gorden jendela kamar, diintipnya tampak segerombolan orang bersenda gurau. Anak-anak begitu riang gembira menikmati gulali, dan juga pancaran kembang api tampak jelas menghiasi langit gelap di malam itu.

"oohh...ternyata, ada carnaval..." gumam Michael.
Tampaknya ia sangat antusias dengan hal itu.
"hmmm...jika aku datang ke carnaval itu, mungkin saja dapat menghilangkan rasa bosanku, atau paling tidak mengurangi kebosananku..." ujarnya pada diri sendiri.
Ia lalu bergegas melesat ke kamar mandi.
Sekitar 20menit lamanya, akhirnya Michael selesai berdandan.

"tak lupa parfum kesayanganku..." Michael tersenyum dan segera menyemprotkannya ke sebagian tubuhnya.

Michael keluar dari kamarnya dengan bau harum yang begitu menyengat.
"uuhh...Mike, kau rapi sekali." puji Kate, ibunya. "kau mau kemana?"

Michael tersenyum lebar. "aku ingin ikut merayakan carnaval disana. Aku sangat suntuk di rumah terus, Bu..." sahut Michael.

Kate hanya mengangguk, pertanda bahwa ia mengerti.
"oh...Mike, kau tak mau membawa sandwich buatan Ibu?" tawar Kate.

Mendengar perkataan ibunya, ia menarik nafas.
"ayolah, umurku sudah 23tahun, Bu. Aku bukan anak kecil lagi." jawab Michael sembari mengecup pipi ibunya.

"ohahaha...astaga..." Kate menepuk jidatnya dan tertawa. "Ibu lupa, ibu kira kau masih kelas 6 SD..." ujar Kate bercanda.
Michael tertawa kecil, lalu ia membuka daun pintu.

"aku pergi dulu, Bu..."

"ok, bersenang-senanglah sayaaaang." pekik Kate dari dalam rumah.
****

"Wow...ramai sekali!" seru Michael takjub saat tiba di carnaval.

Michael menyaksikan ratusan orang berkumpul disitu.
Ada sekitar 8 kios gulali, popcorn, balon. Di tambah arena permainan anak-anak. Seperti komedi putar, kincir ria, roaller coaster dan banyak lagi.
Michael tersenyum riang, melihat ratusan anak-anak berteriak gembira di sana. Ada juga yang menangis, gara-gara gulalinya jatuh di lumpur.
"Anak-anak memang menggemaskan." Pikir Michael.

Michael memutuskan untuk naik komedi putar. Berputar, berputar, dan terus berputar.
"huhh...tetap bosan.." batin Michael.
"ahh...jadi ingin naik kuda sungguhan.." gumamnya lirih.

Tak lama, matanya menangkap sesosok bidadari yang tersenyum, memandu anak-anak yang ingin bermain di komedi putar itu juga.
Michael terus memicingkan penglihatannya. Sungguh cantik.
Selama di arena itu, Michael tak henti-hentinya memperhatikan perempuan itu.

"Oh...Boy!" otak Michael terus berkhayal tentang perempuan pemandu komedi putar itu.

"Pak...waktu anda sudah selesai..." tiba-tiba seseorang membuyarkan lamunannya. Michael terperanjat. Dilihatnya seorang lelaki pirang sedang menjentikkan jari ke arah Michael.
"anakku juga ingin bermain komedi putar, jadi mohon anda turun dulu..." pinta lelaki itu seraya menggendong anaknya.

Michael segera turun dari kudanya, namun pandangannya tetap tak lepas dari bidadarinya itu.

"Hey, man!!" lagi-lagi seseorang mengejutkannya. Oh, ternyata teman sepermainannya, Riggs yang barusan memanggil.
"Hey...whats up!" sahut Michael, lalu menghampiri Riggs.

"kenapa mukamu memerah, Mike?" tanya Riggs heran.

Michael sontak memegangi pipinya. Ia tampak gugup.
"ohahaha...aku terlalu bahagia, Riggs."

Riggs melipat kedua lengannya, keningnya berkerut. "bahagia...?" Riggs semakin bingung melihat tingkah Michael.
Michael hanya tertawa melihat Riggs.

"I believe, about love at first sight," bisik Michael sedikit tersipu.

Lantas Riggs tersenyum geli,
ia menggelengkan kepalanya.
"Ternyata, temanku ini sedang jatuh cinta..." goda Riggs.
"dengan siapa?"

Michael menunjuk ke arah perempuan tadi. "my circus girl!" ujarnya.

Riggs mengangguk-angguk, lalu memegangi dagunya.
"perempuan itu, kalau tidak salah namanya Allison..." ujar Riggs.

"Allison? Nama yang indah..." gumam Michael. "aku kesana dulu ya?" Michael menepuk bahu Riggs, dan berlari menuju ke arah perempuan itu.

"Berjuanglah, Mike!!" pekik Riggs.
****
(to be continued in Chapter II)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar