Minggu, 19 Juni 2011

My Circus Girl (chapter V)

Hati Michael mendadak sakit. Ia tak pernah menduga bahwa gadis pujaannya itu akan berkata seperti itu padanya.
Michael segera meninggalkan arena sirkus, dan berlari menuju komedi putar, wahana kesayangannya.

Michael merenung sambil menunggangi komedi putarnya itu. Hatinya sangat perih, ia hampir saja menangis. Ia terus memukul-mukul kepala kuda plastiknya itu.

"aku memang bodoh, benar, aku sangat bodoh..., kau cengeng, Mike!" umpat Michael pada dirinya sendiri.
Ia hanya bisa tersenyum pahit.

Michael mencoba mengusir rasa sakitnya itu. Ia tak ingin orang-orang mengetahui apa yang sedang ia rasakan sekarang.

Michael pulang ditemani udara dingin yang menyelimuti malam pedihnya itu. Michael tetap mencoba tersenyum, tersenyum dan terus tersenyum.

"kurasa, ia memang sangat membenciku..." Michael menggumam pada dirinya sendiri.
****

"Michael, ada telfon untukmu..." Janet mengetuk pintu kamar Michael.
Akan tetapi, tak ada jawaban dari dalam.

"Michael??" Janet mencoba membuka pintu kamar,
"tidak di kunci..." gumamnya.

Pagi itu, Janet masuk ke kamar Michael, dan melihat kakaknya masih terbaring di ranjangnya.

"Michael?!" Janet terus mengguncangkan tubuh Michael.

"ada apa?" Michael menyahut lemas, dan langsung menarik kembali selimutnya.

"ada telfon untukmu,"

"katakan padanya, aku sedang tidak ada dirumah..." ujar Michael lirih, nada suaranya hampir tak terdengar.
Janet merasakan ada yang aneh dengan keadaan kakak kesayangannya itu.

"oh, maaf pak. Michael sedang pergi, maaf aku lupa..." Lalu Janet memutus sambungan telfon, dan kembali menatap heran Michael yang masih tergolek disitu.

"Michael, kau sakit?" tanya Janet.

"tidak, aku sehat-sehat sa...ja..." sahut Michael, tampaknya Michael masih memejamkan matanya.

"sini coba kuperiksa." Janet menempelkan telapak tangannya ke kening Michael.
"astaga, badanmu panas, Mike!" seru Janet terpelonjak kaget.

"haha, mana...mungkin a...aku sakit. Can...daanmu bagus.., Janet..." ujar Michael setengah mengigau.

Buru-buru Janet mengambil termometer di laci, dan memasukkannya ke dalam mulut Michael.

"Jermaine, Ibu, Marlooon..." teriak Janet dari dalam kamar Michael.

"ada apa??" Jermaine segera masuk ke kamar, disusul dengan Kate dan Marlon.

"lihat!" Janet menunjukkan termometer yang sedang ia pegang.
"Michael demam, dia terlihat tak sehat..." ujar Janet.

"ini mungkin karena 2 hari ini, ia keluar malam terus," tutur Marlon.

"sebaiknya kita panggil Nyonya Beth di blok sana," usul Kate, ibu Michael.

"untuk apa?" tanya Jermaine linglung.

Janet dan Marlon menepuk jidat mereka masing-masing secara bersamaan.
"Jermaine....dia kan dokter....apa...kau, hmmh lupa?" jawab Michael masih dengan igauannya.
****
"Michael hanya masuk angin saja, karena angin malam. Ia hanya butuh istirahat saja..." jelas Ny.Beth

"oh, syukurlah..." tutur Jermaine lega, begitu juga dengan Janet, Kate dan Marlon.

"makanya, kalau kau keluar malam, seharusnya pakai mantelmu..." saran Marlon.

"ini bukan di kutub, lagipula ini bukan musim dingin...untuk apa aku harus memakainya?" bantah Michael, diiringi batuknya.

"selalu saja membantah..." kata Marlon jengkel.
Janet, Jermaine dan Kate hanya tertawa melihat pertengkaran kecil Michael dan Marlon.
****
Tok...tok...tok,

Mendengar suara ketukan pintu kamarnya, Michael segera menutup buku yang sedang ia baca.
"yaa, siapa??"

"Michael, ini aku, Riggs..." sahutnya.

Michael beranjak dari tidurnya, dan segera membuka pintu.
"Riggs, tengah malam begini, kau datang?" Michael bertanya heran.

"haha, untung saja La Toya mempersilahkan ku masuk ke rumah ini..." canda Riggs.

Michael pun ikut tertawa.

"oh iya, katanya kau sakit...?" tanya Riggs.

Michael mengangguk pelan kepalanya,
"yaaa, hanya demam biasa, kok." ujarnya tersenyum.

"tapi kau tak apa 'kan? Sungguh, aku mengkhawatirkanmu Mike," dengan sigap Riggs memegang kening Michael.

"tak ada yang perlu dicemaskan, aku sudah sehat begini..."

"oh, syukurlah kalau begitu, aku lega..." Riggs melepaskan tangannya dari kening Michael.
"eh, aku ada sesuatu!" seru Riggs, sepertinya ia sedang teringat sesuatu.
Lalu, ia menyodorkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Michael.

"untukku?" Michael menerima surat itu, lalu membolak-balikkannya.
"tak ada nama? Dari siapa ini?" tanya Michael bingung.

"Allison, itu surat yang ditulis Allison tadi..." Jawab Riggs.

Michael terdiam, hatinya kembali terasa sakit. Michael lalu mengurungkan niatnya untuk membuka surat itu. Ia hanya meletakkannya diatas meja lampu kamarnya.

"kenapa Mike? Kenapa
tak segera kau baca saja?" bujuk Riggs.

Michael hanya memilih diam. Matanya memerah, dadanya terasa sesak. Ia ingat kata-kata Allison malam lalu.
==> Chapter VI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar